Senin, 27 April 2009
Purbalingga – Sedikitnya 14 desa di Purbalingga terancam bila sewaktu-waktu Gunung Slamet (3428 meter dpl) meletus.
Empatbelas desa itu masing-masing yaitu : Desa Siwarak, Kutabawa, Serang, Karangreja dan Tlahab Lor di Kecamatan Karangreja. Desa Pengalusan, Binangun dan Sangkanayu (Mrebet). Desa Bumisari dan Metenggeng (Bojongsari) serta Desa Karangjengkol, Candinata, Candiwulan dan Desa Cendana (Kutasari).
“14 Desa di empat kecamatan itu berada di lereng gunung Slamet,” tutur Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Purbalingga, Supriyanto.
Mengantisipasi peningkatan status Gunung Slamet menjadi siaga III (level aktif), Supriyanto telah meminta para camat di kawasan itu agar memperingatkan warganya. Tim Search and Rescue (SAR) Purbalingga juga telah disiagakan penuh. Akan Sebanyak empat belas desa yang berada di empat wilayah kecamatan, rawan terkena dampak letusan Gunung Slamet bila sewaktu-waktu terjadi.
Empat wilayah kecamatan tersebut antara lain Karangreja, Mrebet, Bojongsari dan Kutasari.
Mengenai status gunung Slamet, Supriyanto mengaku hanya mengetahui dari media massa. Karenanya, pada Selasa (28/4) mendatang, Kantor Kesbanglinmas akan mengundang tim Balai Vulkanologi dan Mitigasi untuk memberikan penjelasan mengenai kondisi Gunung Slamet yang sebenarnya. Pada rapat koordinasi itu, nanti para camat yang sebagian wilayahnya berada di lereng gunung itu juga akan diundang.
Sementara itu, saat gunung Slamet dinyatakan aktif pada Selasa (21/4), kelompok pendaki gunung dari Perhimpunan Penggiat Alam Ganesha Muda (PPA Gasda) SMA Negeri 1 Purbalingga tengah menyusuri lereng gunung tersebut. 15 personel PPA Gasda itu memulai pendakian pada Selasa petang dan mencapai puncak primer pada Rabu pagi (22/4). Di puncak gunung itu, personel PPA Gasda beberapa kali menyaksikan semburan asap tebal. Kelompok siswa itu tidak menyangka gunung Slamet sudah memasuki status awas,” ungkap Febrian, salah seorang pendaki. “Selama di puncak gunung kami mencium bau belerang yang menyengat. Bau itu sebenarnya sudah tercium sejak di Pos V,” tambahnya.
Hujan abu Semburan asap hitam dari kawah gunung Slamet disertai abu berwarna hitam. Abu itu menghujani sebagian wilayah Bobotari pada Kamis malam (23/4). Semula warga tidak mengetahui hujan abu tersebut. Makmuri, warga Bobotsari malam itu tengah ngobrol dengan tetangga di luar rumah. Saat itu berkali-kali matanya kelilipen. Hal serupa juga dialami tetangganya. “Kemudian saya melihat daun-daun warnanya jadi putih. Baru kami menyadari terjadi hujan abu,” ujarnya.
Camat Bobotsari, Bambang Sukendro menuturkan, pada Kamis malam itu ia sedang mengendarai mobilnya. Kendati tidak terlalu tebal, hujan abu itu sempat membuatnya kerepotan karena menumpuk di bagian kaca depan mobil. “Untungnya pada Kamis tengah malam turun hujan gerimis sehingga abu yang menempel di daun dan atap rumah penduduk jadi bersih,” ujar Bambang.
Anggota Tim SAR Purbalingga di Posko Pendakian Jalur Bambangan, Mulyanto menuturkan, aktivitas warga di Dusun Bambangan, Karangreja masih berjalan normal. Tidak ada rasa kekhawatiran pada mereka. “Jumat siang asap dari kawah gunung tertiup angin ke arah barat sehingga tidak terlihat jelas dari Bambangan,” ujarnya (ost)
Sumber By http://www.purbalinggakab.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1759&Itemid=159
0 komentar :
Posting Komentar